Selasa, 06 April 2010

sistem budaya pertanian di desa plumbungan kecamatan pagentan banjarnegara


PENDAHULUAN

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Atas Rahmat dan Hidayah dari Tuhan yang maha Esa dan atas sumbangsih dari bantuan bapak-bapak nara sumber, sehingga kami dapat terlaksana menyusun suatu makalah yang ada sangkut pautnya dengan budaya pertanian bersifat lokal.

Adapun penyuysun makalah ini atas dasar tugas dari bangku kuliah yang telah disampaikan oleh dosen ISBD ibu Batri.

Dapat tersusunya makalah ini kami tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak-bapak yang merupakan nara sumber, yang telah kami ajak wawancara, sehingga mampu menyumbangkan daya ingatannya sehingga dapat menceritakan dengan jelas dan terinci tentang budaya pertanian dalam wilayah Kecamatan Pagentan. Sehingga dari isi wawancara itu dapat kami susun didalam buku ini.

Tersusunya makalah yang sederhana ini dikandung maksud untuk ikut mengetahui lebih mendalam tentang pertanian. Perlu juga mengetuk hati para generasi muda agar lebih giat turunt berpartisipasi memajukan budaya tani yang berada didalam masyarakat pedesaan.

Kami berharap semoga tersusunya buku yang sederhana ini ada faedahnya bagi yang memerlukan.

Kami menyadari sepenuhnya terhadap kekurangan kami atas isi dan kurang betulnya bahasa mohon dimaafkan. “ Tak ada gading yang tak retak “.

Sekian dan terimakasih.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

SISTIM BUDAYA PERTANIAN

Motto :

Petani kuat pembangunan meningkat.

Petani jatuh pembangunan lumpuh.

Sudah menjadi pekerjaan rutin para petani, bila datang musim penghujan tiba para petani bersiap diri untuk terjun ke sawah guna melaksanakan mengerjakan lahan pertanian.

Petani sudah memahami betul bahwa harapan panen baik adanya turunn hujan. Maklum rata-rata Desa sekitar kami jarang yang punya saluran irigasi.

Petani mulai mengerjakan sawah kalau hujan sudah turun. Menurut perhitungan Bapak tani hujan turun jika sudah mangsa Kanem (6) yaitu jatuh pada bulan November sampai pada bulan Desember.

Mangsa Kanem berumur 43 hari.

Dimulai tgl 9 November sampai tgl 22 Desember.

Dalam waktu 43 hari itu bapak tani giat bekerja di sawahnya masing-masing.

Adapun sistim penggarapan sawah di daerah pegunungan ( Desa ) beda dengan cara pengolahan lahan sawah di daerah perkotaan ( daerah datar ).

Di daerah pedesaan lahan sawah dikerjakan dengan bantuan tenaga hewan ( Kerbau atau Lembu ) supaya tanah menjadi gembur, tak ketinggalan tenaga manusia dengan alat cangkulnya.

Jumlah biaya penggarapan kiranya perlu kami jelaskan disini. Jika menggunakan tenaga hewan satu (1) pasang Rp 40. 000, - selama 6 jam bekerja.

Dengan menggunakan tenaga kerja manusia satu orang Rp 10. 000, - selama 6 jam pula mulai jam 7 sampai jam 1.

Pada umumnya tanah sawah disini berupa terasering yang bidangnya sempit-sempit. Maka cara pengelolahan sawah hanya dapat dibantu dengan tenaga hewan guna menarik bajak atau garu.

Pada umumnya daerah yang datar cara menggarap tanah dengan menggunakan mesin ( Traktor ).

Untuk itu dapat mengurangi waktu dan dapat mengurangi waktu penggarapan.

Musim tanam dilakukan serempak supaya jika ada serangan hama tidak begitu banyak.

Bibit padi dipindah dari tempat pesemaian setelah berumur satu bulan. Biasanya penanaman padi jatuh pada mangsa Kapitu ( 7 ) kira bulan Desember sampai awal bulan februari.

Petugas PPL di tingkat kecamatan agar hasil tani dapat meningkat selalu menganjurkan masalah program Panca Krida pertanian yang isinya mencakup 5 kegiatan yaitu :

1. Memilih bibit yang unggul.

2. Penggarapan tanah yang sempurna.

3. Pengairan lahan yang cukup.

4. Pemupukan yang cukup ( menurut petunjuk PPL ).

5. Penyiangan dan pemberantasan hama jangan sampai telat.

Pada paska panen produksi rata-rata 1 ha dapat mencapai 30 kwintal gabah kering /sawah.

Hasil ini jika diuangkan Rp 300.000 x 30 = Rp 9.000.000,-

Biaya penggarapan per 1 ha menghabiskan :

a. Tenaga hewan 10 pasang : Rp 40.000 x 10 : 400.000,-

b. Tenaga manusia 70 orang : Rp 10.000 x 70 : 700.000,-

c. Biaya pupuk dan obat kurang lebih : 720.000,-

Jumlah biaya sampai panen

: Rp 1 820.000,-

Sisa bersih hasil usaha Rp 9.000.000 – Rp 1 820.000 = Rp 7 180.000

Sehabis padi dipanen lahan sawah tadi ditanami Palawija ( Jagung dan Ketela ). Ada juga petani yang kreatif suka menanam sayuran seperti cabe, terong, dan tomat. Bagi petani yang pekarangannya ada air dapat memelihara ikan lele dan ikan mujahir. Selain kegiatan merawat kolam banyak yang ngerem sapi (membesarkan dan menggemukan). Pemilikan tanah yang kering ditanami rumput gajah untuk makan ternaknya.

Ada juga petani yang menanam salak. Tetapi hanya desa-desa yang udaranya agak hangat. Yakni dari desa Pagentan ke bawah sampai perbatasan Kec. Madukara.

MEMILIH HARI UNTUK MENANAM

Masih ada petani bila akan menanam memilih hari. Berdasarkan kawruh dari TURKI (Pitutur si Kaki). Jika akan menanam itu perlu diingat hari apa baiknya untuk tanaman jenis apa.

Kawruh dari TURKI ini kirannya perlu kami sajikan disini. Mungkin petani lain ingin mencoba. Supaya sedikit mudah cara mengingat-ingat dapat kami susun rangkaian kata-kata satu pupuh lagu Dandanggula seperti dibawah ini :

Jagung Pari Munthul Tela Uwi (Km. Km. St. St. St.)

Lombok Terong Kapri Brambang Bawang (Ph. Ph. Kw. Sn. Sn.)

Gadhung Suweg Lan Kimpul. (St. St. St.)

Ganyong Irut Tales Gembili (Jm. Jm. St. St.)

Lobak Wortel Lan Kenthang. (Sn. Wg. Wg.)

Kara Cipir Waluh. (Kw. Kw. Pn.)

Kacang Buncis Sarta Salak. (Kw. Kw. Lg.)

Pete Jengkol Bayem Kangkung Lobis Sawi. (Rb. Rb. Sn. Sn. Sn. Sn.)

Hasile Sedulur Desa.

Keterangan huruf yang ada didalam kurung adalah sebagai berikut :

· Km. Singkatan dari kata Kamis.

· St. Singkatan dari kata Sabtu.

· Ph. Singkatan dari kata Pahing.

· Kw. Singkatan dari kata Kliwon.

· Sn. Singkatan dari kata Senin.

· Lg. Singkatan dari kata Legi (Manis)

· Jm. Singkatan dari kata Jum’at.

· Wg. Singkatan dari kata Wage.

· Pn. Singaktan dari kata Pon.

Jelasnya seperti ini :

Dalam lagu Dandanggula itu baris pertama berbunyi :

Jagung – Pari – Munthul – Tela - Uwi. (Km. Km. St. St. St.)

Artinya :

1. Menanam Jagung baik memilih hari Kamis (Km.)

2. Menanam Padi baik memilih hari hari Kamis (Km.)

3. Menanam Munthul baik memilih hari Sabtu (St.)

4. Menanam Ketela baik memilih hari Sabtu (St.)

5. Menanam Uwi baik memilih hari Sabtu (St.)

Baris kedua berbunyi :

Lombok – Terong - Kapri – Brambang - Bawang (Ph. Ph. Kw. Sn. Sn.)

pada lagu Dandanggula ada 5 macam tanaman dan ada 5 singkatan :

1. Menanam Lombok baik memilih hari Pahing (Ph.)

2. Menanam Terong baik memilih hari hari Pahing (Ph.)

3. Menanam Kapri baik memilih hari Kliwon (Kw.)

4. Menanam Brambang baik memilih hari Senin (Sn.)

5. Menanam Bawang baik memilih hari Senin (Sn.)

Begitu seterusnya sampai selesai baris ke sembilan.

Boleh dicoba sambil membuktikan hasilnya.

Ini juga budaya memilih hari guna menanam tanaman yang lain. Masih kawruh dari TURKI (Pitutur si Kaki)

Hari Rabu baik menanam, mangga, jeruk, nangka.

Hari Minggu baik menanam yang menghasilkan kayu-kayuan.

Hari Selasa Baik menanam bangsa bunga-bungaan

Begitulah rumitnya ilmu budaya petani nenek moyang.

PRANATA MANGSA.

Perhitungan bab Pranata mangsa para petani masih ada yang mau melestarikan. Maka dalam buku ini kami buat diagram Pranata Mangsa agar mudah dipahami (lihat gambar)

Kebudayaan petani peninggalan leluhur seperti tertulis diatas tadi jika petani mau melestarikan, kami rasa tidak ada jeleknya.

Jangan takut atau malu jika dianggap orang kuno, karena itu semua hanya bersifat usaha agar cita-cita mendapat hasil dari karya tani melimpah.

Adapun terkabulnya cita-cita itu hanyalah kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa.

RUWAT BUMI

Naluri budaya peninggalan nenek moyang yang sampai sekarang masih dilakukan adalah budaya Ruwat Bumi atau Bersih Desa.

Budaya tani Ruwat Bumi dilakukan setelah selesai menanam padi. Bulan yang biasa dipilih untuk pelaksanaan Ruwat Bumi adalah bulan Sura. Maka orang-orang ada yang menyebutnya Suranan.

Pada waktu Ruwat Bumi ini dipercayakan kepada seorang dalang Ruwat, yang biasa menanganinya. Sehari sebelum ki Dalang melaksanakan acara Ruwat Bumi ia melakukan tirakat (puasa dulu selama sehari semalam). Kata Ki Dalang melakukan tirakat (puasa) ini dikandung maksud agar waktu melaksanakan tugas Ruwat Bumi itu mendapat Ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa, dan mohon lindungan jangan sampai ada aral yang melintang.

Acara Ruwat Bumi dilakukan pada waktu siang hari, dimulai jam 09.00 pagi diakhiri jam 17.30 sore. Pada waktu melaksanakan Ruwat Bumi ini Ki Dalang menggunakan alat peraga Wayang Kulit, lengkap dengan alat musiknya. Instrumen ini adalah seperangkat Gamelan Jawa.

Para penonton sebagian besar Bapak dan Ibu Tani. Untuk kelengkapan acara Ruwat Bumi kelompok tani harus mempersiapkan seperangkat sesaji.

Macam-macam benda yang harus disiapkan yaitu :

1. Seperangkat alat-alat pertanian.

2. Makanan Jajan Pasar lengkap.

3. Pisang Raja satu (1) tandan.

4. Kelapa muda 2 buah (degan krambil ijo)

5. Bunga rampai satu (1) baskom.

6. Leri bungkak (air cucian beras satu baskom)

7. Sebilah pusaka keris yang dianggap masih bertuah.

Semua sesaji ini ditata rapi disamping panggung ruwat. Sesudah beres semuanya, Ki juru ruwat mulai bertugas, mereka duduk dipanggung sambil membaca mantra sambil diringi bunyi Gendhing Jawa yang ditabuh oleh segenap pengrawit (Panayaga)

Dengan singkat jalannya Ruwat Bumi kami sajikan ini.

JALAN CERITA MURWA KALA / RUWAT BUMI.

I. Adegan Kahyangan Jonggringsalaka, Batara Guru bermusawarah dengan Batara Kanekaputra. Yang topik pembicaraan adalah soal meninggalnya Batari Retnodumilah yang tidak jelas sebab musababnya. Menjelang hari yang ke 7 seterlah dimakamkan, diatas gundukan makam ada keajaiban yang terjadi. Karena diatas makam Retnodumilah ada beraneka macam biji-bijian.

Kehendak Batara Guru biji-bijian itu akan dihadiyahkan kepada negara Medangsekawit, agar dapat ditanam masyarakat sebagi bibit unggul.

Batara Guru menugaskan Batara Kanekaputra agar turunn ke negara Medangsekawit menghadap Prabu Makukuhan untuk menyerahkan biji-biji tersebut.

Yang mendapat tugas siap berangkat dan mohon pamit semoga tidak ada aral yang melintang.

Batara Guru memberi salam dan sidang ditutup.

II. Adegan negara Medangsekawit, sang Prabu Makukuhan dihadab Patih Jaka Puring. Yang dibicarakan tentang firasat impian yang diterima oleh sang Prabu Makukuhan. Dalam impiannya negara Medangsekawit kejatuhan bulan yang sedang purnama.

Hal ini apa makna dari impian itu ditanyakan kepada Sang Maha Patih Jaka Puring. Sang Patih memberi komentar, bahwasanya impian seperti itu akan membawa maksud yang sangat baik.

Belum sampai titik pembicaraan antar Prabu Makukuhan dengan Patih Jakapuring, tiba-tiba datanglah Batara Kanekaputra dari Kahyangan bermaksud untuk menghadiyahkan bermacam-macam bibit unggulan. Bibit itu supaya dibagikan kepada petani agar ditanam. Sang Prabu Makukuhan sangat berterimakasih, dengan harapan semoga dapat menambah kemakmuran rakyat di Medangsekawit.

Setelah bibit-bibit itu diterima oleh sang Raja, Batara Narada minta ijin kembali ke Kahyangan.

Prabu Makukuhan menugaskan kepada Patih Jaka Puring agar mengumpulkan masyarakat Medangsekawit guna menerima bibit unggul dari hadiyah Desa.

Patih Jaka Puring memberi penjelasan kepada para kelompok tani supaya bibit itu segera dapat ditanam di tanah pertanian. Disamping pemberian bibit sang Raja juga memberi ijin untuk menambah lahan pertanian dihutan Kentring Gendrayana agar dapat menambah hasil produksi pangan.

Kyai Jakatua sebagai ketua kelompok tani sangat berterimakasih atas kebijaksanaan rajanya itu.

Pertemuan sang Patih Jaka Puring dan Kyai Jakatua kemudian di skors untuk sementara.

III. Adegan Kyai Jakatua dengan segenap kelompok tani, musyawarah akan babat hutan Kentring Gendrayana. Saat pembicaraan dilaksanakan ada salah seorang petani yang merasa ragu-ragu, sebab hutan itu tempat istana demit dan sangat angker.

Petani kawatir jangan-jangan diganggu setan atau roh halus yang ada disitu. Kyai Jakatua sebagai ketua kelompok tani tidak kekurangan akal. Bombongan serta bimbingan selalu disampaikan kepada semua naggota kelompok tani. Sebab maksud dan tujuan menambah lakon pertanian ini tak ada lain untuk kmengangkat para petani agar dapat hidup lebih makmur dan bahagia. Maka perasaan adanya demit, setan dan roh halus tidak perlu ditakuti. Alloh tentu akan melindungai.

Penjelasan Kyai Jakatua dapat diterima oleh semua pendengar, akhirnya mereka siap bekerja dengan sistim gotong-royong guna mencapai kemakmuran bersama.

Kyai Jakatua memberi wasiat kepada anggota tani seperti :

1. Jika berangkat bekerja jangan lupa mengajak nafsu Supiah, supaya pada saat-saat bekerja selalu merasa senang dan cinta terhadap apa yang sedang dikerjakan.

2. Nafsu Amarah juga disebut supaya waktu bekerja merasa kuat dan giat.

3. Mulai bekerja membaca Basmalah jangan sampai lupa agar setan tidak berani mendekat dan mengganggu.

4. Selesai bekerja waktu mau pulang jangan lupa membaca Hamdalah.

Semua nasehat dari Kyai Jakatua selalu diingat dan ditaati oleh segenap anak buahnya.

IV. Adegan Batara Wisnu dengan Dewi Sri yang dibicarakan Dewi Sri harus turunn ke bumi agar supaya mendidik kepada ibu-ibu tani di pedesaan. Para ibu-ibu di ajari caranya merawat hasil rejeki yang baik. Ibu tidak boleh boros membelanjakan hasil karya suaminya, seorang istri harus mempunyai sifat-sifat yang terpuji. Misalnya : Ibu yang baik harus leken, tegen, mugen.

Dewi Sri siap melaksanakan tugas suci tersebut, dan langsung mohon ijin untuk turun ke bumi.

Ditengah perjalanan Dewi Sri bertemu dengan Kala Gumarang, setelah tanya-jawab secukupnya, Kala Gumarang menyampaikan maksud isi hatinya. Ia benar-benar jatuh cinta kepada Dewi Sri dan ingin diambil sebagai istrinya. Sudah barang tentu Dewi Sri menolaknya, karena Kala Gumarang itu berwajah raksasa. Apa lagi ia turunn ke bumi ini baru mengemban tugas penting. Kala Gumarang tidak mau mendengarkan alasan Dewi Sri. Ia memaksa agar Dewi Sri mau menuruti kehendaknya. Dewi Sri tidak ada cara yang lain kecuali melarikan diri hendak bersembunyai, namun Kala Gumarang tidak mau diam diri, ia lalu memburu Dewi Sri sampai kapan dan dimana sang idaman itu berada. Dewi Sri merasa kewalahan serta badannya terasa lelah sekali. Hatinya merasa jengkel dan kesal, Kala Gumarang dikutuk berubah bentuk menjadi Babi hutan. Meskipun Kala Gumarang sudah berubah wujud, tetapi ia tidak merasa tersiksa ia bersikap keras untuk menangkap Dewi Sri sampai kapan dan dimana saja. Dalam hati ia belum merasa puas bilamana cita-cita mempersunting Dewi Sri belum terlaksana.

Dari kejauhan Batara Wisnu tahu bahwa Dewi Sri dalam keadaan bahaya, dengan cepat Batara Wisnu memberi bantuan. Wraha (babi hutan) itu segera dilepasi senjata ampuh dan ia mati seketika. Batari Sri selamat dengan mengucapkan terimakasih terus melanjutkan perjalanan sampai arah tujuan.

Setelah Dewi Batari Sri sampai dipinggir perkampungan tidak langsung masuk kampung ia menuju ketengah-tengah sawah akan menyusul Retnadumilah yang telah berubah wujud tanaman padi. Dewi Sri ikut-ikutan berubah wujud menjadi tanaman padi ketan. Sedangkan Roh Batari Sri terus masuk kampung berbentuk manusia biasa yang mengemban kewajiban mendidik ibu-ibu tani agar dapat hidup sejahtera lahir dan batin.

V. Adegan Batara Anjala dan Batari Anjali. Topik yang sedang dibahas mereka berdua ingin turunn ke bumi. Mereka ingin menikmati enaknya hasil bumi didunia. Disana nanti bisa makan padi sepuasnya. Agar cita-citanya dapat terlaksana mereka menjelma menjadi burung Pipit (burung emprit). Terus terbang turunn menuju sawah yang sedang menguning padinya. Kedua ekor burung Pipit langsung makan sepuasnya.

Batari Uma permaisuri Batara Guru merasa iri hati kepada Retnadumilah dan kepada Dewi Sri, karena ia sudah berubah menjadi tanaman padi yang sangat disayang oleh para petani pedesaan. Sedangkan dia di Kahyangan selalu disia-sia oleh suaminya. Dewi Uma bernait mengganggu kehidupan Retnadumilah dan Sri. Sebagian dari rambutnya dicabut lalu dibuang ke bumi tumbuh disawah berupa bermacam-macam rumput yang dapat mengganggu tumbuhnya tanaman.

VI. Adegan kelompok tani ditengah sawah, Kyai Jaktuwa sebagai ketua kelompok merasa bahagia karena hasil karyanya cukup bagus, karena disana-sini tumbuh subur tanpa kecuali. Disamping rasa bombong ada sedikit yang menjengkelkan yaitu ulah burung Pipit yang senang makan padi bentuknya kecil tetapi sangat gesit dan sangat beler. Setiap dihalau ia selalu bersembunyi pada sebatang pohon, dan dipohon itulah ia bersembunyi untuk istirahat (bahasa jawa leren). Oleh Kyai Jaktua pohon itu disebut pohon aren (mengambil nama dari leren). Bunga pohon itu disebut Dangu karena burung itu lama berada disitu. (lama bahasa jawa suwe bahasa krama dangu). Agar bunga aren itu tidak untuk bersembunyi burung tersebut, oleh Kyai Jakatua sengaja dipotong. Dari bekas potongan iut keluar air yang rasanya sangat manis. Kyai Jakatua merasa sangat kagum atas kuasa Tuhan Yang Maha Agung, sebab ada pohon yang dapat mengeluarakan air yang rasanya sangat manis. Sambil menggelengkan kepala Kyai Jakatua memberi nama air Badek. Asal kata gedheg-gedheg (geleng-geleng). Karena air itu dianggap barang yang ajaib maka hendak dilaporkan kepada sang Raja. Pada waktu raja menerima air yang istimewa itu segera air tersebut akan dihaturkan kepada Batara Guru di kahyangan. Karena air itu masih dalam keadaan tersumbat dalam tabung, maka Batara Guru menugas kepada Bambang Kanekaputra agar sumbat itu dibukanya. Pada waktu Bambang Kanekaputra membuka turunnpnya ada sebagian air yang memercik ke bibirnya. Dengan gerak reflek bibir Bambang Kanekaputra bergerak komat-kamit karena merasakan manisnya air itu. Batara Guru melihat hal itu mendadak hatinya marah, dikiranya Bambang Kanekaputra minum duluan. Maka Bambang Kanekaputra dikutuk oleh Batara Guru, sehingga berubah wujud badan kredil dan berwajah jelek. Batara Guru merasa salah. Bambang Kanekaputra diberi imbalan kehormatan dengan sebutan Batara Narada dengan jabatan menjadi ketua para dewa. Karena ditawarkan Batara Guru sendiri meyebut kakak Narada.

VII. Adegan Putut Jantaka dan dua orang putranya yaitu Kala Senggani dan Kala Murti. Jika ada orang mempunyai dua anak dan laki-laki semua, itu disebut anak uger-uger lawang. Kata dari orang kuna anak uger-uger lawang itu mempunyai arti yang kurang baik. Maka Putut Jantaka ingin mempunyai anak lagi, tetapi mana bisa sebab ia sudah duda. Kedua putranya diam seribu basa.

Tiba-tiba diluar mendadak kedengaran suara yang mengejutkan, karena ada beberapa ekor binatang yang datang. Binatang-binatang itu ingin diambil sebagai anak angkat. Putut Jantaka tidak mau karena mereka semua berupa binatang. Mustahil manusia mempunyai anak hewan. Hewan-hewan itu adalah kejadian dari bangkai Kala Gumarang yang telah mati oleh tangan Batara Wisnu.

Roh halusnya Kala Gumarang segera menitis (masuk) kedalam tubuh Putut Jantaka. Seketika itu Putut Jantaka berubah ingatan yang semula merasa benci, sekarang ia menaruh belas kasihan terhadap hewan-hewan tersebut. Kemudian semua hewan itu diakui sebagai anak angkatnya.

Hewan-hewan itu kemudian diberi nama yaitu :

1. Tikus Tinada

2. Celeng Demelung

3. Kera Kukilapas

4. Menjangan Randi

5. Kidang ujungan

6. Bulus Pas

7. Landak Greges.

Kala Senggani dan Kala Murti putra kandung Putut Jantaka ikut-ikutan berubah menjadi binatang juga. Kala Senggani jadi Kebodanu, Kala Murti jadi Sapigumarang. Anak Putut Jantaka lalu berjumlah 9, semua berupa binatang dan langsung minta makan.

Putut Jantaka tidak sanggup memberi makan terhadap sembilan anaknya supaya pergi ke negara Medangsekawit, disana nanti bisa makan apa saja yang mereka sukai. Kemudian semua binatang itu mohon ijin hendak menuju negara Medangsekawit. Sampai disana binatang-binatang itu langsung masuk ke daerah pesawahan terus makan menurut kesenagan masing-masing. Kelompok tani yang diketuai Kyai Jakatua merasa jengkel dan kewalahan untuk membrantas semua hama yang menakutkan itu. Kejadian ini segera dilaporkan kepada yang berwajib agar dapat dibrantasnya. Raja Medangsekawit yang bertanggungjawab kepada keselamatan rakyatnya segera berusaha untuk mencari bantuan kepada sang Prabu Sengkanturunnana Raja di Medangkamolan.

VIII. Adegan negara Medangkamolan, prabu Sengkanturunnan kedatangan tamu Kyai Jakatua utusan dari rajanya yang bermaksud akan minta bantuan, karena petani di Medangsekawit baru kena musibah. Banyak tanaman yang batal panen karena rusak diserang hama.

Prabu Sengkanturunnan tidak keberatan ia sanggup untuk membantu. Sang Prabu Sengkanturunnan mengutus kepada Kucing Candramawa dan Gelangmenyunyang yaitu leri bungkak (air cucian beras). Dan kelapa muda (degan kelapa ijo). Selain itu Kyai Jakatua juga diberi jimat Kidungan untuk penolak hama.

Etibanya si Candramawa dan si Gelangmenyunyang di medang sengkawit mereka langsung bertindak memusnahkan hewan-hewan yang merusak tanaman di medangsangkawit. Hewan perusak dari anak-anak putut jatanka amati semua kecuali Kalanggani dan kalamurti yang sulit dikalahkan, dan Gelangmenyunyang sangat angkat tangan dan akan melapor pada raja.

Kesaktian Kalangsanggani dan kalamurti telah dilaporkan kepada raja Makukuhan agar raja bisa memikirkan cara mengatasinya. Prabu makukuhaqn akan minta bantuan kepada dewa di kahyanga.

Setibanya di kahyangan, Bahtara guru memberi jimat senjata sakti yang berupa :

1. Pecut kaladaru.

2. Pasangan yang dibuat dari kayuwesni.

3. rantai baja pelebur Bayu.

Dengan digunakan tiga jimat ini musuh akan takluk.

MENAKLUKAN MUSUHSAKTI

Sang prabu Makukuhan segera menjumpai Kalasanggani dan kalamurti, mereka ditantang adu kesaktian.

Musuh agak kutang yakin bahwa raja makukuhan berani melawanya. Kalasanggani dan kala murti dengan nada mengejek seraya bertanya. Punya pusaka apa kamu berani malawan kami?!

Saya tidak punya senjata, namun saya mempunyai alat yang berupa pecut, pasangan dan rantai, ini bendanya.

Kala Sanggani dan Kala Murti, kemudian leher Kala Senggani dan leher Kala Murti ditumpangi pasangan Kayu Wisnu serta Badan Anerka dicambuki dengan Pecut Kaladaru. Seketika itu Kala Senggani dan Kala Murti meronta-ronta hendak lari tetapi tidak mampu, badannya merasa lemas tidak berdaya. Mereka merengek-rengek mohon diberi ampun. Mereka baru sadar bahwa kena tipu, memang benar kekuatan okol dapat dikalahkan dengan akal. Setelah Prabu Makukuhan memberi ampun mereka berdua berjanji :

1. Tidak akan merusak tanaman bapak tani lagi

2. Mereka sanggup membantu bekerja dengan cara menarikk bajak dan menarikk garu disawah.

Kala Senggani dan Kala Murti juga mohon kebijaksanaan kepada Sang Prabu pada hari-hari tertentu minta istirahat, yaitu pada hari Jum’at Kliwon, Selasa Kliwon, dan hari Kamis Manis. Semua permintaan itu akan dikabulkan oleh Sang Prabu Makukuhan.

Putut Jantaka mendengar kabar bahwa anak-anaknya mati semua sangat marah dan ingin membalas dendam terhadap orang-orang Medangsekawit. Yang pertamakali dicari adalah Prabu Makukuhan. Bila nanti sudah ketemu akan dibunuh tanpa ampun.

Pada waktu Putut Jantaka berjumpa dengan Prabu Makukuhan beliau dibayang-bayangi oleh Batara Wisnu dewa selamat, maka Putut Jantaka lari terbirit-terbirit karena ketakutan. Ia bersembunyi dibalik daun pisang raja. Tetapi ia naas juga. Putut Jantaka jatuh dari persembunyiannya dan langsung ditangkap oleh Prabu Makukuhan, ia hendak dibunuh biar kumpul dengan roh anak-anaknya di neraka jahanam.

Putut Jantaka tobat dan minta maaf agar diberi hidup. Ia bersumpah tidak akan mengganggu lagi. Prabu Makukuhan memberi ampun dan masih diberi kesempatan hidup. Tetapi ia harus bertempat tinggal di daerah yag sulit dijangkau oleh manusia, seperti dilereng-lereng dan dipuncak gunung. Putut Jantaka boleh makan dari hasil petani yang tidak dihitung oleh pemiliknya. Misalnya pak tani panen 5 kwintal, ditanya oleh tetangganya hanya mengaku 4 kwintal, yang 1 kwintal itu boleh dimiliki untuk disantap, karena dusta kepada rejeki yang telah dimiliki.

ROH HALUS MASUK DESA

IX. Adegan Penutup, Prabu Makukuhan kedatangan tamu dari roh halusnya Retnadumilah dan rohnya Dewi Sri. Kedatangan mereka ingin menjaga keselamatan negara Medangsekawit agar tetap subur makmur tidak kekurangan produksi beras. Sang Prabu Makukuhan sangat berterima kasih atas bantuannya.

Selanjutnya Dewi Sri sempat berpesan kepada semua warga tani khususnya para ibu-ibu tani :

Pesan dari Dewi Sri antara lain sebagai berikut :

1. Wanita harus selalu menjaga kebersihan diri sendiri.

2. Wanita waktu sedang memasak tidak boleh pergi.

3. Wanita harus dapat menghemat hasil dari suami.

4. Wanita harus berwatak rigen, tegen, mugen.

5. Wanita harus padai-pandai mendidik putra.

6. Wanita harus bisa menjadi ibu rumah tangga cekatan.

7. Wanita setiap hari harus berpakaian rapi.

Setelah berpesan beberapa kata mas Dewi Sri minta dihormati kidungan penolak balak.

Prabu Makukuhan tidak keberatan, beliau menyuruh kepada Kyai Jakatua agar segera mengalunkan suaranya.

Dengan suara tatas titis tetes Kyai Jakatua ngidung.

KIDUNG SARI AYU

Dandanggula

Ana kidung rumeksa ing wengi

Teguh ayu luputa ing lara

Dohna ing bilahi kabeh

Jin setan datan purun

Peneluhan tenung tan wani

Miwah panggawe ala

Gunane wong luput

Agni atemah tirta

Maling arda tan ana ngarah wak mami

Tuju dhudhuk pan sirna

Sagung panca baya samya bali

Sakathahe ama amiruda

Wedi asih pandhulune

Sakehing braja luput

Kira-kira pan wuk sakalir

Saliring wisa tawa

Sato kurdha lulut

Kayu aeng lemah sangar

Songing landhak guwane mong lemah miring

Pakipone si merak

Pagupakaning warak sakalir

Nadyan arca myang sagara alas

Temahan rahayu kabeh

Sarwa sarira ayu

Ing ngideran mring widadari

Rineksen malaikat

Sakathahing rosul

Pan dadya sarira tunggal

Ati adam utegku bagindha esis

Pangucapku ya musa.

Napasku nabi isa linuwih

Nabi yakub pamiarsaning wong.

Yusup ing rupaku kabeh

Jeng Suleman kasekten mami

Ibrahim kang anyawa

Idris ing rambutku

Said Ali kulit ing wong

Abu Bakar gitih daging Umar singgih

Balung Baginda Usman

Sungsumku Fatimah kang linuwih

Aminah kang bebayuning angga

Ayub minangka ususe

Sakabehe wulu tuwuh

Ing sarira tunggal lan Nabi

Cahyaku ya Muhammad

Panduluku Rosul

Pinayungan Adam Swara

Sampun jangkep sakathahe Nabi Wali

Dadya sarira tunggal

Wiji sawiji mulane dadi

Pancen dumadi isining jagat

Kasamadan dening zate

Singa maca myang ngrungu

Kang anurat tuwin nimpeni

Dadya ayuning jasad

Kinarya sesembur

Sira wacakna ing toya

Kinarya dus rara tuwa aglis laki

Wong edan dadi waras

Lamun arsa tulus nandur pari

Puwasa-a sawengi sadina

Ideranana galengane

Wacanen kidung iku

Datan ana ama kang prapti

Lamun sirna aperang

Wateken sing sekul

Antuka tigang pulukan

Kang amangan rineksa dening Hyang Widhi

Rahayu ing payudan

Lamun ora bisa maca kaki

Myang kadhendha lan kabotan utang

Miwah wong alara wake

Wacanen tengah dalu

Ping salawe wengine menggih

Luar ingkang binanda

Kang dhinendhawurung

Sadosane ingapura

Ingkang utang sinauran ing Hyang Widdhi

Kang agring dadi waras

Sing sapa kasdu arsa nglakoni

Amutiha lawan anowo-a

Patang puluh dina wae

Lan tangi wanci subuh

Miwah sabar sukuran ati

Insya Alloh tinekan

Sakarsani reku

Tumprap sanak rakyat ira

Saking sawabing ilmu pangiket mami

Duk aneng Kalijaga

Yogya sira kawruhana yekti

Muga-muga antuka supangat

Iya iku andikane

Gusti Jeng Nabi Rosul

Sinung rahmat dening Hyang Widdhi

Sing sapa ngapalena

Iya janjinipun

Den padhaken asedekah

Saben warsa sami lan wong munggah haji

Sapisan marang Mekah

Lan den dohken sakabehing bilahi

Sinung rahmat ing donya akherat

Serta leburna dosane

Lan malih sawabipun

Lamun ana jalma kang sakit

Lah sira wacakena

Ulon-ulonipun

Alamat ingkang alara

Oleh tamba saking saddhaning Hyang Widhi

Lan barkahe Al-Qur’an

Kawruhana keke para Nabi

Nabi Adam kang mangka kawitan

Rosululloh wekasane

Kathahe yen kapetung

Kawan dasa langkung kekalih

Lan sira istokna

Sadaya den emut

Luwih agung kang supangat

Lemah sangar kayu aeng lebur sami

Tau ana sakara-kara

Minangka panutuping pamuji

Kanthi donga miwah puja mantra

Pikantuk rahayu kabeh

Saking Gusti Kang Agung

Gusti Alloh tur welas asih

Antuk berkah Qur’an

Supangate Rosul

Muhammad Rosululloh Kang Maha Suci

Wa alaikum assalam

( Kidung Raden Ngabei Ronggowarsito )

Selesai kidungan pupuh terakhir acara Ruwat Bumi ditutup dengan ucapan sesanti :

“ Jaya-jaya wijayanti, tetep jaya ngadhepi sabarang kardi”.

Demikianlah tata cara adat Ruwat Bumi yang dapat kami sajikan, ada kesalahan penulisan serta kurang tepatnya susunan bahasa kami mohon maaf.

( SIDIK PRANOWO )

KESIMPULAN

Khususnya para petani didaerah tanah tadah hujan sangat mendambakan adanya musim penghujan datang. Pada saat itulah mereka baru dapat mengerjakan lahan sawah yang hendak ditanami padi.

Petani menyadari sepenuhnya, bahwa disekitar desanya tidak ada saluran irigasi yang tetap. Hidup dan suburnya tanaman tergantung dari air hujan.

Penggarap sawah paham betul, hujan akan tiba sekitar mangsa Kanem (6) atau bulan Nopember.

Pada saat bulan itulah petani mulai membuat lakon untuk persemaian di sawahnya masing-masing.

Penyebaran bibit pada persemaian dilakukan serempak, hal ini untuk mencegah dari seragam tikus. Para petani pada waktu bibit dalam persemaian tiap hari dikontrolya, kalau airnya kering atau kena serangan hama. Dalam waktu 10 hari sebelum bibit itu tumbuh petani selalu mengontrolnya pagi dan siang.

Untuk tahap-tahap selanjutnya mengerjakan lahan keseluruhan. Yang dikerjakan pertama adalah mengatur teras-teras. Jika setiap teras telah terisi air tinggal dibajak dan digaru dengan bantuan tenaga hewan kKerbau atau lembu dengan ongkos bayaran.

Tenaga hewan 1 pasang ½ hari Rp. 40.000,- jika dengan tenaga manusia 1 orang ½ hari Rp. 10.000,-

Penggarapan lahan tersebut kurang lebih ½ bulan sudah selesai dan siap ditanami. Umur bibit dalam persemaian 1 bulan sudah siap untuk dipindah. Pemindahan bibit untuk ditanam sekitar mangsa Kapitu (7) yaitu sekitar bulan Desember sampai akhir bulan Januari.

Duka sukanya para petani setelah bibit ditanam masih menghadang didepan ingatannya. Tiap hari harus ke sawah guna mengontrol air. Mesti turunn hujan deras bukan menjadi rintangan, malah dalam benak hatinya tambah gembira sebab ada air yang dapat menggenangi sawahnya. Meski badan dingin tetap senang, turunnnya hujan bukan menjadi rintangan.

Sampai waktunya memupuk dan menyiangi rumput-rumput dilakukan jangan sampai telat (tepat waktu). Tidak lengah pula mereka selalu siap-siaga mengambil hidupnya tanaman kalau-kalau ada tanda-tanda serangan hama dapat ditangani secara dini.

Begitulah dukanya penggarap pertanian demi mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.

Disamping merasakan duka, namun ada juga perasaan yang gembira, sebab setelah semua tahu bahwa hasil karyanya sudah terlihat hidup subur tanpa kecuali.

Keadaan semacam ini, mereka tidak lupa selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar dapat menganugerahkan selamat dari gangguan hama dan nanti akan mendapat hasil yang memuaskan.

Menjelang panen tiba lenyaplah rasa dukanya, tinggal menikmati rasa gembira. Perasaan suka muncul karena padinya telah kelihatan menguning semua, tinggal menunggu beberapa hari lagi sudah panen.

Perasaan gembira para petani menjelang panen dapat dicandra menjadi rangkaian kalimat satu pupuh tembang jawa lagu MIJIL.

Begini bentuk syairnya (Bahasa Jawa)

Wah ayeme atine pak tani

Yen parine katon

Kuning-kuning mendahta senenge

Gotong-royong anggone ngeneni

Yen wis dipe garing

Pari mlebu lumbung

Setelah pasca panen raya datang, petani dapat menghitung dari hasil jerih lelahnya bekerja disawah.

Secara perhitungan global mereka masih mempunyai penghasilan yang lumayan.

Jika mereka rata-rata menggarap sawah ½ ha, masih dapat memungut keuntungan bersih sebesar ± Rp. 3.590.000 rupiah. Satu tahun hanya dapat panen padi sekali.

Sehabis panen padi lahan sawah tersebut masih dapat di tanam palawija (jagung, ketela).

Ada juga yang suka menanam sebangsa sayuran seperti lombok, terong, tomat.

Untuk pekerjaan sampingan para petani ada yang beternak hewan lembu dan kambing. Ada pula petani yang dapat merawat kolam ikan. Tetapi yang dapat memelihara ikan itu hanya beberapa orang saja, terutama bagi mereka yang lahannya dapat dilewati saluran air.

Pada waktu acara Ruwat Bumi atau Bersih Desa mengambil waktu pada siang hari. Pada malam hari berikutnya dilangsungkan panggung hiburan wayang kulit dengan mengambil cerita bebas.

Untuk biaya Ruwat Bumi dan biaya panggung hiburan mencapai Rp. 8.000.000,- rupiah. Biaya sebesar itu untuk Ki Juru Ruwat yang Rp. 3.000.000, sedangkan yang Rp. 5.000.000 untuk dalang hiburan serombongan. Pada waktu Ruwat Bumi maupun saat panggung hiburan dilaksanakan, masyarakat dapat memperoleh pengalaman dan pendidikan yang positif.

Demikianlah kesimpulan dalam kami menyusun makalah pertanian, semoga ada manfaatnya.

Tidak lupa ada kekurangan maupun ada kesalahan kami mohon maaf.

Dirangkum oleh :

( SIDIK PRANOWO)

1 komentar: